PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PENGOLAHAN FILLET KAKAP MERAH SEGAR (Lutjanus malabaricus ) DI PT. PARLEVLIET PARABA SEAFOOD MAROS
A.
Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Kerja Lapang(PKL)
ini di laksanakan mulai dari tanggal 05 Februari sampai dengan tanggal
28 Mei 2015 yang bertempat di
PT.Parlevliet Paraba Seafood yang
terletek di JL. Jembatan tua no. 89 kel. Bontoa ,kec. Mandai, kab. Maros,Sulawesi
Selatan.
B.
Keadaan
Lokasi
PT.Parlevliet Paraba Seafood yang berada di maros jauh dari pencemaran yang ada di sekitar perusahaan dan
perusahaan ini dapat di terima dengan baik karna mendapat respon yang positif
dari masyarakat setempat serta keryawan yang ada di perusahaan. Dalam hal
ini,kita dapat melihat juga dari kegiatan produksi yang berjalan lancar sesuai
standar yang telah ditetapkan karena adanya hubungan kerjasama antara karyawan
dengan keryawan, karyawan dengan perusahaan serta perusahaan dengan perusahaan
sehinga dapat terjalin hubungan yang saling menguntungkan dan perusahaan juga
dapat berkembang secara pesat. perusahaan
tidak mempunyai kesulitan atau kendala dalam hal pemasaran karena
produk yang telah dihasilkan disesuaikan dengan permintaan konsumen( buyer), selain itu harganya
terjangkau, dan tersedianya bahan baku yang berkualitas.
Dan juga perusahaan
telah menjalin hubungan kerjasama yang
baik dengan konsumen serta telah
melampirkan serifikat yang dapat di
jadikan sebagai jaminan oleh konsumen terhadap produk yang telah di
hasilkan yang disesuaikan dengan persyaratan
yang telah di penuhi oleh pihak perusahaan. PT. Parlevliet Paraba Seafood memiliki tanah yang tertutup oleh semen untuk
menjaga kebersihan, dan juga terdapat selokan untuk mengalirkan limbah cair
keluar dari unit pengolahan (Irham, 2014).
C.
Metode
Pengumpulan Data
Metode yang di
gunakan dalam membuat laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah :
1. Metode
observasi
Yaitu melakukan
pengamatan langsung yang terkait dengan
proses pengolahan atau ikut serta dalam
proses pengolahan ikan kakap
merah dari proses penerimaan bahan baku
sampai dengan proses pengemasan
2. Metode
interview
Yaitu penulis
mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan proses
produksi .
3. Lain
–lain
Yaitu pengambilan data dari literatur atau
buku-buku yang sesuai dengan penerapan
HACCP serta mengumpulkan informasi
sesuai dengan praktik kerja lapang .
D.
Kegiatan
–kegiatan
Syarat
utama dan mutlak yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan untuk menerapkan
system manajemen keamanan pangan dalam hal ini HACCP adalah terpenuhinya syarat
kelayakan dasar. Tanpa terpenuhinya kelayakan dasar sebuah perusahaana tidak diperbolehkan
menerapkan HACCP.
PT. Parlevliet Paraba
Seafood adalah salah satu perusahaan yang telah menerapkan
system keamanan pangan yang telah memenuhi Standar Operasianal Prosedur (SOP)
dan GMP (Good Manufacturing Practice).
a.
GMP (
Good Manufacturing Practice)
GMP
adalah cara atau teknik berproduksi yang baik
dan benar untuk menghasilkan produk yang benar memenuhi persyaratan untuk menerapkan GMP yaitu :
1.
Seleksi bahan baku
2.
Penanganan dan pengolahan
3.
Bahan kimia
4.
Pengemasan
5.
Penyimpanan
6.
Distribusi
1.
Seleksi Bahan Baku
Bahan baku
yang digunakan di PT. Parlevliet Paraba Seafood meliputi bahan baku dalam
bentuk segar yang berasal dari daerah majene, sinjai, bulukumba,takalar dan
lain-lain. Pengangkutannya
dengan menggunakan mobil pick up yang didalamnya terdapat bak
fiber yang diberi es curah untuk tempat
penyimpanan ikan selama perjalanan
menuju perusahaan.
Ikan yang baru masuk langsung dilakukan
penyortiran berdasarkan ukuran (size) dan tingkat kesegaraannya. Bahan baku ikan yang
digunakan PT. Parlevliet Paraba Seafood yaitu ikan kakap merah,ikan kakap bongkok,ikan
kurisi, dan mahi-mahi. Bahan baku ikan yang diperoleh merupakan bahan baku yang
sesuai dengan persyaratan dan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan (mengacu standar pembeli atau buyer, dan
SNI 01-2729.1-2006).
2. Penanganan
dan Pengolahan
Bahan
baku diangkut ke unit pengolahan PT.
Parlevliet Paraba Seafood dengan menggunakan
mobil pick up.
Bahan baku tersebut ditempatkan dalam box
fiber yang
diberi es. Es tersebut berfungsi untuk menjaga agar suhu ikan tetap 5ºC selama perjalanan
ke unit pengolahan. Setelah sampai di unit pengolahan,
proses pembongkaran
bahan baku di unit pengolahan dilakukan di ruang penerimaan bahan baku yang
tertutup dan tidak terkena sinar matahari langsung. Proses penanganan selanjutnya dilakukan
dengan cepat dan selalu menjaga suhu ikan agar
selalu 40C karena jika suhu ikan melebihi 40c maka pertumbuhan bakteri akan
meningkat .
3. Persyaratan
Bahan Kimia dan Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang digunakan adalah air, es. Air yang digunakan oleh
PT. Parlevliet Paraba Seafood adalah air yang berasal dari sumur dan air PAM.
Air digunakan untuk proses pencucian
bahan baku, peralatan dan juga air digunakan untuk proses sanitasi Sedangkan es
yang digunakan oleh PT.Parlevliet Paraba Seafood adalah es kristal dan es balok. Fungsi es
juga digunakan untuk menjaga rantai dingin
selama proses produksi .
Bahan kimia yang di gunakan adalah Sodium tripolyphospat untuk mengenyalkan
tekstur daging ikan, Spectrum pengganti chlorin dan sterbac pengganti alkohol digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
Penggunaan spectrum digunakan pada
proses pencucian.
4.
Pengemasan
Pada proses
pengolahan ikan kakap merah ,
bahan pengemas yang digunakan yaitu plastic polietilene dan LDPE (Low density polyethyleen) . Bahan pengemas plastik polietilene digunakan pada Plastik pembungkus inkubasi dengan ukuran
50 × 40 cm.
Pada proses packing ikan kakap dan tuna, ikan dibungkus
menggunakan box, agar produk tidak
terkontak langsung dengan box maka didalam bok tersebut dilapisi dengan plastik polietilene dengan ukuran 50 x75 cm kemudian untuk pengemasan akhir, di bagian luar
box juga di lapisi dengan plastik polietilene dengan ukuran
50 x50 cm yang dikemas dengan menggunakan lakban agar kemasannya lebih
rapi.
5.
Penyimpanan
Box yang berisi produk yang sudah siap diekspor
disimpan dalam cold storage dengan suhu -250C sampai dengan
-300C untuk menjaga suhu pusat produk -18ºC. penyusunan produk
disusun berdasarkan jenis produk. Produk disimpan di atas palet-palet besi dan
diletakkan 18 inchi dari dinding dan produk lain.
Produk
harus disusun dengan baik dalam gudang beku sehingga selalu ada ruangan untuk
udara dingin yang beredar sepanjang dinding dan lantai serta diantara sela-sela
bungkusan produk beku. Produk yang lama disimpan didistribusikan terlebih
dahulu (FIFO).
6.
Distribusi
Produk yang telah disimpan di cold storage kemudian
di keluarkan dari dalam cold storage dan dilanjutkan dengan proses distribusi dengan menggunakan kontainer pendingin dengan
suhu -20ºC sampai dengan -25ºC. Produk dimuat ke dalam kontainer pada saat
kontainer dalam keadaan mati.
Produk disusun
dengan rapat agar udara dingin dapat bersikulasi di sekeliling produk dan
mencegah masuknya panas ke dalam kontainer yang dapat mempengaruhi produk yang ada dalam kontainer, setelah itu kontainer ditutup
dan unit pendinginnya dihidupkan.
b. Tahapan Proses Pemfilletan Ikan Kakap Merah
Tahapan
proses pemfilletan ikan kakap merah yaitu :
1)
Penerimaan
Bahan
Penerimaan bahan baku di PT.
Parlevliet Paraba Seafood adalah bahan
baku yang diterima dari supplier dalam keadaan segar (fresh). Bahan baku yang telah diberi es diangkut
menggunakan mobil pick up yang mana
di dalamnya terdapat box fiber yang tertutup rapat sehingga terlindung dari sinar matahari untuk
menghindari kenaikan suhu.
Bahan baku di
PT.Parlevliet Paraba Seafood berasal dari daerah Majene,Kendari,Sinjai,Bulukumba,Takalar dan lainnya. Dalam pemilihan
bahan baku perlu diperhatikan mutu bahan baku
yang akan diterima karena akan mempengaruhi produk akhir yang dihasilkan selama proses pengolahan tidak dapat meningakatkan
mutu melainkan hanya dapat mempertahankan mutu
produk dan menghambat pertumbuhan
bakteri. Proses pembongkaran bahan baku
ikan kakap merah dilakukan dengan cepat dan hati-hati untuk menghindari
kerusakan fisik dan kontaminasi. Sebelum bahan baku diterima dan dimasukan ke
dalam ruang penerimaan bahan baku, terlebih dahulu dilakukan pengecekan suhu.
Suhu ikan harus berada pada kisaran suhu maksimal 40C.
2)
Penyortiran
Ikan disortir berdasarkan sizenya dengan menyimpannya di tempat basket berwarna biru. Size penyortiran pada ikan kakap merah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.size penyortiran Ikan kakap merah
NO.
|
Size
|
Weight (kg)
|
1.
|
A
|
200 Up
|
2.
|
B
|
100 up
|
Tabel 1. Penyortiran
Penyortiran dilakukan untuk memperoleh
keseragaman bahan baku yang
digunakan, baik untuk tingkat kesegaran, ukuran, jenis, mutunya sehingga memerlukan pengawasan dari QC .
Ikan yang sudah disortir disimpan
dalam keranjang berwarna kuning, kemudian dilakukan penimbangan. Ikan ditimbang menggunakan timbangan
digital dengan kapasitas 300 kg.
Berat ikan per keranjang
tergantung dari banyaknya ikan yang di simpan dalam keranjang. Ikan yang
ditimbang akan dicatat berdasarkan berat
ikan, jenis dan ukuranya. Tujuan penimbangan adalah untuk mengetahui berat total ikan yang masuk dan menghitung berapa
jumlah ikan tiap ukuran dan jenisnya serta sebagai pengawasan hasil sortasi. Pencatatan harus dilakukan dengan
teliti karena setiap supplier mempunyai kode yang berbeda dan harus dipisahkan
antara kode yang satu dengan kode yang lainnya.
3)
Pencucian
I
Pada
proses ini, pencucian bahan baku dilakukan di dalam box fiber dengan menggunakan
air dan es kristal . Tujuan pencucian
yaitu untuk menghilangkan sisa
kotoran, lendir dan benda-benda asing
yang masih menempel pada ikan. Air pencucian harus dalam keadaan dingin
yang bersuhukan 0-50C untuk
mempertahankan suhu ikan agar tetap stabil.
Cara pencucian ini dilakukan dengan
mencelupkan ikan berkali-kali pada fiber
glass yang berisi air bersih dan dingin.
Gambar
1. Pencucian I
4)
Penimbangan
I (weighing)
Timbangan sebelum
digunakan harus dicek dan dikalibrasi.
Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan baku ikan kakap merah,
mengetahui berat total ikan kakap yang datang dari supplier sebelum dilakukan proses pengolahan Serta untuk mengetahui
berapa besar
biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk supplier tersebut. Pencatatan dilakukan oleh
seorang bagian pencatat (tally).
Penimbangan dilakukan
dengan menggunakan keranjang untuk
tempat bahan baku yang akan ditimbang
agar bahan baku tidak kontak langsung dengan timbangan yang mengakibatkan
kontaminasi zat besi pada bahan baku.
Gambar 2. Penimbangan I
5)
Pencucian II
Ikan yang telah di timbang dimasukan ke dalam fiber glass yang berisi air dan es kristal untuk dilakukan
pencucian II. Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan kotoran yang masih menempel
pada tubuh ikan serta untuk mereduksi
bakteri yang ada pada ikan .
Gambar
3. Pencucian II
6)
Penyisikan
Proses penyisikan ini
dilakukan secara manual dengan menggunakan alat penyisikan dan dilakukan dengan
cepat dan hati-hati yang dimulai
dari bagian ekor sampai punggung ikan .
Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan sisik agar dalam proses
selanjutnya dikerjakan dengan mudah dan
tidak terjadi kontaminasi pada proses selanjutnya.
Gambar 4. Proses Penyisikan Ikan Kakap Merah
7)
Pencucian III
Pencucian ini dilakukan dengan
menggunakan air ,es kristal dan sterbac sebagai pengganti clorin.
Tujuannya untuk menghilangkan sisa sisik yang masih menempel pada ikan kakap
merah serta mengurangi bakteri pada ikan dan mempertahankan suhu ikan
agar tetap stabil. Suhu ikan pada tahap ini harus berada pada kisaran 0-40C
.
Gambar 5.
Pencucian III
8)
Pemfilletan
Proses pemfilletan dilakukan secara
manual dengan menggunakan pisau untuk memotong kepala, membuang tulang, dan isi perut. Meja pemfilletan dilapisi
dengan talenan agar tidak terjadi kontaminasi antara ikan dengan meja.
Pada proses ini yang dilakukan adalah memotong bagian kepala , fillet ikan
dengan cara memisahkan daging ikan dari tulang ikan dengan menyayat daging mulai dari pangkal kepala
sampai dengan pangkal ekor kemudian
menyayat bagian perut ikan sampai membelah dua bagian fillet, ulangi proses ini di bagian sisi yang lain untuk
menghasilkan fillet. Proses pemfilletan dan pemotongan kepala ini
dilakukan sebab kepala dan bagian isi perut
merupakan sumber mikro-organisme, dengan dilakukannya pemotongan kepala mampu
mengurangi jumlah mikro-organisme awal sehingga bahan baku dapat memiliki daya
awet yang lebih lama.
Gambar
6. Pemfilletan ikan kakap merah
9)
Perapihan (trimming)
Proses perapihan
bertujuan untuk membuang sisa kotoran
atau parasit yang masih menempel pada daging ikan dan memotong sedikit bagian ekor agar
kelihatan rapi dan bersih . Perapihan dilakukan dengan hati-hati,
cepat dan menggunakan pisau yang tajam dan tipis agar hasilnya terlihat bagus. Oleh karena
itu, pada proses ini perlu pengawasan dari QC(qualitty control).
Gambar 7.
Perapihan(triming)
10) Penimbangan
II
Penimbangan II dilakukan dengan menggunakan keranjang
agar daging ikan tidak kontak langsung dengan timbangan yang mengakibatkan kontaminasi. Timbangan
yang digunakan adalah timbangan elektrik ,Penimbangan ini bertujuan
untuk mengetahui berat produk setelah diproses atau diolah.
Gambar 8. Penimbangan II
11) Penyemprotan CO
Sesudah
proses penimbangan, daging ikan langsung di masukkan ke dalam plasik untuk dilakukan proses penyemprotan
CO. Penyemprotan CO ini bertujuan untuk
mencerahkan warna daging ikan agar daging tampak lebih segar, cerah merata dan
menambah kualitas daging ikan. Proses penyemprotan CO
dilakukan dengan cara daging ikan
dimasukan ke dalam kantong plastik kemudian semprotkan gas karbon monoksida ke dalam kantong plastik dan gas nitrogen
sebagai kombinasi agar mempercepat reaksi gas monoksida terhadap daging ikan,
ujung kantong plastik diikat dengan kuat untuk mencegah kebocoran.
Gambar 9. Penyemprotan CO
12) Penyimpanan Dingin(Chilling Room)
Proses inkubasi ini dilakukan dengan meletakan produk
yang sudah mengalami perlakuan CO di dalam keranjang dan disusun rapi selama
3-4 jam dengan suhu 0-4˚C,
ruangan harus selalu diperhatikan setiap waktu agar tetap mempertahankan suhu
produk. Tujuan
dari tahap ini adalah agar gas CO (carbon
monoksida) dapat bereaksi dengan daging ikan kakap secara maksimal dan tetap menjaga suhu ikan agar suhu ikan tetap stabil.
Gambar 10. Penyimpanan dingin
13) Pengelapan dan Pembungkusan
Ikan kakap yang telah melalui proses inkubasi
langsung dilakukan proses pengeluaran CO. Pengeluaran CO ini dilakukan pada
ruangan yang tertutup agar ruang proses tidak tercemar gas carbon monoksida.
Kemudian dilakukan proses pengelapan pada daging ikan kakap
merah dengan menggunakan tissu dan busa untuk alas daging ikan agar tidak kontak langsung
dengan meja proses. Pengelapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang terdapat pada
daging ikan, menghilangkan sisa trimming dan
sisa sisik yang masih menempel
pada
daging ikan. Selanjutnya ikan dimasukan dalam plastik vakum sesuai ukuran ikan.
Gambar 11. Pengelapan dan pembungkusan
14) Pemvakuman
Ikan kakap merah (Lutjanus
malabaricus) hasil filletan sudah dikemas dalam plastik tahap selanjutnya adalah vakum. Sebelum melakukan proses vakum, mesin vakum harus di
bersihkan sebelum digunakan dan dipanaskan ± 50 detik untuk
memanaskan hiter yang ada pada mesin vakum.
Vakum yang berarti menghampakan udara yang berada didalam
plastik yang berisi hasil filletan ikan kakap
merah (Lutjanus malabaricus), penghampaan ini bertujuan untuk melindungi terjadinya kontaminasi.
Setelah pemvakuman,
perlakukan produk sehalus mungkin. Jika ditemukan kebocoran ganti plastik secepatnya.
Gambar 12. Pemvakuman
15) Penimbangan III
Penimbangan III dilakukan
untuk mengetahui jumlah ikan
yang diproses dengan hasil akhir untuk pengiriman kepada pembeli dan untuk laporan akhir stok ikan kakap merah yang akan dikirim.
Gambar 13 .penimbangan
III
16) Wadah Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan
setelah produk ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus
)
di vakum dan di timbang. Dengan meletakan
daging pada boks fiber yang
bagian bawah diberi lapisan es dan ikan ditata
diatas lapisan es tersebut dan
seterusnya. Ikan harus dipantau
agar kondisi suhu tetap 0ºC sampai -2ºC sampai proses pengemasan
berlangsung.
Tahap ini bertujuan untuk
mempertahankan sistem rantai dingin yang baik dan mempertahankan suhu tetap
stabil.
Gambar
14. Wadah penyimpanan
17) Penimbangan IV
Penimbangan
IV dilakukan untuk mengetahui jumlah ikan yang harus dikirim untuk ekspor dan
penetapan box packing yang dibutuhkan
untuk pengemasan. Biasanya dalam 1 boks
mempunyai berat 8-10 kg. Dalam proses penimbangan
berlangsung digunakan keranjang agar ikan tidak kontak langsung dengan
timbangan yang bisa mengakibatkan kontaminasi zat besi.
Gambar 15.
Penimbangan IV
18) Pengemasan
dan Pelabelan( Packing and Labeling)
Produk
ikan kakap merah selesai dilakukan proses penimbang,
selanjutnya
ikan ditata rapi dalam box styrofoam yang telah diatur
sedemikian rupa sehingga jumlah berat dan box sesuai, kemudian di beri jelly beku (sebagai pengganti es)diletakan di bagian atas dan bagian bawah sebanyak 2 buah agar suhu produk tetap terjaga sekitar 0ºC-2ºC
sampai tujuan. Kemasan produk diberi label dan di lakban, dokumen yang menunjukan
deskripsi produk, jenis produk, tahun,
bulan, dan tanggal produksi, negara asal.
Alat tulis seperti pulpen dan spidol untuk
mencatat berat produk, nomor box, grade produk, dll. Dan dimasukan dalam dokumentasi.
Gambar 16.Pengemasan
dan Pelabelan
19) Pemuatan
(stuffing)
Produk ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus ) yang sudah dikemas kemudian dimasukan kedalam ruang stuffing untuk disusun kedalam truck container .
Penyusunan ini dilakukan agar produk tertata dengan rapi.
Sebelum produk dimasukan kedalam container, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan suhu container yang mencapai -180C
kemudian memastikan nomor box sesuai dengan catatan
dan dokumen yang ada. Produk yang telah selesai diolah dan dikemas, dan
siap untuk didistribusikan atau diekspor kenegara tujuan Karyawan yang memuat
produk harus cepat dan kontinuitas muat (terus menerus).
Pengontrolan suhu yang dilakukan oleh QC tiap
15 menit pada saat ekspor berlangsung. Negara tujuan eksport yaitu benua Australia,
Amerika Serikat dan Negara Eropa.
Gambar 17. Pemuatan (stuffing)
Good Manufacturing Practices (GMP) yang
dilaksanakan pada proses pemfilletan
ikan kakap merah telah memenuhi standar GMP yang
ditetapkan (dalam hal ini perusahaan telah membuat panduan mutu yang menjadi
standar GMP).
Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan yang masih
perlu diperbaiki. Menurut Wiryanti (2001), program HACCP bukanlah merupakan sistem
pengendalian mutu yang dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai salah satu
bagian dari sistem yang menyeluruh dalam proses pengendalian mutu. Penerapan
program HACCP akan efektif apabila program kelayakan dasar memenuhi persyaratan
yaitu cara penanganan yang baik dan benar serta persyaratan sanitasi dan
higiene yang baik.
c.
SSOP (Sanitation Standard Operasional Procedure)
1. Pasokan Air dan Es
Air yang digunakan PT. Parlevliet Paraba Seafood berasal dari air tanah
(sumur bor) yang berada di samping pos
keamaanan. Bahan tambahan yang digunakan seperti es, air
digunakan dengan dosis pemakaian yang telah disesuaikan dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah dan negara tujuan ekspor (buyer). Air yang berasal dari sumur, sebelum digunakan air difiltrasi sehingga terbebas dari
kotoran-kotoran fisik seperti pasir, tanah, serpihan benda asing dan lain-lain.
Tidak ada kontak silang antara air bersih dengan air
kotor. Air digunakan sesuai dengan teknik sanitasi.
Air
akan dievaluasi secara fisik setiap harinya meliputi bau,kontaminasi benda
asing,kekeruhan dan rasa.
Es
yang digunakan adalah es kristal dan es balok. Es balok di gunakan pada
saat proses pencucian sedangkan
es kristal digunakan untuk mejaga rantai dingin selama proses produksi
berlangsung dengan cara es kristal di simpan pada palet dan keranjang yang
mempunyai celah disimpan diatas palet yang telah dilapisi plastik. Kemudian
daging ikan disimpan di atas keranjang. Es yang di pakai oleh PT.Parlevliet Paraba
Seafood adalah es kristal yang
perusahaan beli dari pabrik es karna perusahaan tidak memfasilitasi mesin
pembuat es kristal sedangkan es balok , perusahaan membuat sendiri dengan cara manual.
Setiap 3 bulan sekali ,air dan es dites untuk Total Plate Count (Angka Lempeng Total).
2. Peralatan dan Pakaian Kerja
Peralatan yang digunakan
PT.Parlevliet Paraba adalah peralatan yang kontak langsung dengan produk terbuat dari
bahan yang
tahan korosi dan tidak bereaksi dengan
produk. Pakaian kerja harus dijamin
kebersihannya agar tidak mengkontaminasi produk
dan peralatan seperti pisau, meja proses, keranjang, timbangan dan
peralatan dicuci menggunakan air bersih. Peralatan
yang kontak langsung dengan produk dibersihkan sebelum, selama dan sesudah
proses pengolahan setelah peralatan dibersihkan kemudian
disimpan ditempat bersih dan disusun rapi.
3.
Pencegahan
Kontaminasi Silang
Pencegahan kontaminasi silang dilakukan dengan
baik oleh PT. Parlevliet Paraba Seafood.
Perusahaan
telah mendesain lay-out yang bergerak satu arah. Selain itu ada aturan yang berlaku bahwa karyawan yang bekerja di
area non produksi apabila ingin masuk ke dalam ruang produksi harus memakai pakaian kerja yang telah siapkan.Quality control melakukan
pengawasan terhadap tindakan karyawan
seperti karyawan tidak boleh makan dan minum ataupun meludah didalam ruang
produksi dan sebelum masuk ruang produksi karyawan wajib mencuci tangan dengan
menggunakan sabun setelah itu dikeringkan menggunakan tissue. Karyawan dilarang keluar ruang produksi selama jam kerja jika tidak
ada keperluan yang penting,Karyawan yang pergi ke toilet harus melepas semua seragam yang
dikenakan untuk bekerja di ruang produksi.
Kontaminasi silang antara produk dan bahan kimia dapat dicegah
karena dipisahkan dan ditempatkan diruangan yang berbeda sesuai dengan alur
proses. Kemudian penyimpanan produk
disimpan pada ruangan yang dingin dan saniter.
4.
Toilet dan Pencuci Tangan
PT. Parlevliet Paraba Seafood memiliki toilet yang
selalu dijaga kebersihannya dan di fasilitasi dengan sabun pencuci tangan,
gayung,baskom. Toliet juga dilengkapi
dengan ventilasi dan pintunya tidak menyerap air dan tetap dijaga
kebersihannya. Pada pintu masuk ke ruang proses perusahaan memfasilitasi bak
cuci kaki dan pencuci tangan.
Fasilitas pencuci tangan yang disediakan
yaitu westafel, sabun cair, tissue untuk
mengeringkan, keran air. Bak pencuci kaki mengandung klorin dengan konsentrasi 150
ppm.
5.
Bahan Kimia, Pembersih dan Saniter
PT. Parlevliet Paraba
Seafood memiliki
gudang penyimpanan bahan kimia ditempatkan diruang yang terpisah dari ruang proses , satu ruang untuk menyimpan bahan kimia yang
berbentuk bubuk seperti garam, bahan kimia cair berupa alkohol dan klorin,spectrum,sterbac.
PT. Parlevliet Paraba Seafood mampu mencegah terjadinya
kemungkinan kontaminasi dari bahan kimia tersebut yaitu dengan cara menyimpan semua bahan kimia
yang dapat mengkontaminasi pada tempat khusus bahan kimia yang diberi label untuk mencegah kemungkinan
kesalahan dalam penggunaannya dan juga terpisah dari produk akhir.
6.
Syarat Label dan Penyimpanan
Kemasan yang digunakan berupa
plastik polietilene, styrofom, plastik LDPE(Low density polyethyleen). Kemasan berupa box
styrofom dilengkapi
dengan label yang mencantumkan jenis produk akhir, ukuran tipe, tingkatan mutu,
berat bersih produk akhir, nama dan alamat unit pengolahan serta negara dimana
produk dibuat, nomor lisensi unit pengolahan dan kode produksi (tanggal, bulan, dan
tahun produk dibuat). Kemasan yang
digunakan tidak bersifat racun, sesuai
dengan bentuk dan ukuran serta harus cocok dengan bahan yang dikemas.
Selama menunggu pemasaran dan distribusi, produk disimpan di gudang penyimpanan beku (cold storege). Suhu cold
storage -18ºC. cold storage harus selalu diperiksa suhunya agar tidak
mempengaruhi produk akhir
7.
Kesehatan Karyawan
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan
untuk mendapatkan produk yang bermutu dan aman adalah kesehatan karyawan.
Kesehatan karyawan yang baik
dan terjaga akan memberikan kontribusi positif terhadap produk yang dihasilkan Sedangkan karyawan sakit
atau tingkat kesehatannya rendah akan berdampak pada tingkat produktivitas
perusahaan dan lebih penting adalah karyawan yang sakit secara tidak langsung
menjadi tempat bagi mikroba pathogen yang dapat menjadi
kontaminan terhadap produk.
PT. Parlevliet Paraba Seafood sangat memberikan perhatian
terhadap kesehatan karyawannya. Perusahaan tidak akan memperbolehkan karyawan
yang sakit untuk bekerja. Karyawan yang sakit diperbolehkan
bekerja kembali ketika telah benar-benar sembuh.
8.
Pengendalian
Hama(Pest)
Setiap pintu masuk
dilengkapi dengan lampu pembunuh serangga (insect killer) dan dilengkapi
dengan plastik curtain untuk mencegah debu dan serangga masuk ke dalam
ruang pengolahan. Sedangkan untuk mencegah masuknya tikus, disetiap saluran
pembuangan telah dipasang kawat kasa.
Selain itu untuk menghindari
munculnya hama dan binatang yang ada diluar ruang produksi, selalu diadakan
pemeriksaan dan penyemprotan jika ditemukan adanya kumpulan hama. Penyemprotan dilakukan setiap seminggu
sekali.
d.
Penerapan HACCP
1.
Pembentukan Tim HACCP
Tim HACCP di PT. Parlevliet Paraba Seafood terdiri
dari 5 orang yang mempunyai tugas
masing-masing yaitu sebagai Quality
Contol manager,Quality Assurance.
Tim HACCP tersebut memiliki latar belakang pendidikan dan
pengalaman di bidang perikanan serta memiliki sertifikat HACCP. Keberadaan Tim HACCP telah mendapatkan
persetujuan dari top manajemen dan Tim HACCP
memiliki kewenangan untuk membuat
sistem HACCP dengan tujuan utama untuk menjamin
keamanan produk yang akan dikonsumsi manusia.
2.
Deskripsi
Produk
Deskripsi produk yang tercantum dalam buku panduan HACCP yang ada di PT. Parlevliet Paraba Seafood memberikan beberapa informasi dasar mengenai nama produk, nama
spesies, asal bahan baku, bagaimana bahan tersebut diterima, produk akhir,
tahapan proses,penyimpanan,
daya awet, label
atau spesifikasi,pengunaan
produk akhir,sasaran konsumen dan pelanggan, dan persyaratan yang berlaku.
3. Identifikasi Penggunaan Produk
Produk ikan kakap segar fillet CO dengan kulit dapat
dikonsumsi oleh semua golongan. Produk ini hendaknya di masak sebelum
dikonsumsi. Beberapa konsumen memiliki daya tahan lemah terhadap sejumlah bahan makanan
atau senyawa tertentu dalam bahan makanan. Hilangnya beberapa sistem imun
konsumen tersebut akan menyebabkan tidak mampu mengatasi pengaruh bahan makanan
tertentu yang umumnya dapat diatasi oleh manusia normal.
Manakala makanan diproduksi bagi kelompok konsumen seperti ini maka
formulasi dan proses pembuatannya harus benar-benar dijamin keamanannya (Thaheer,
2008).
4. Penyusunan Diagram Alir
Tim HACCP merancang yang telah mencakup seluruh
tahapan proses pengolahan ikan kakap
merah dapat dilihat pada lampiran 1. Diagram alir tersebut sangat menentukan
dalam menentukan bahaya potensial pada
proses pengolahan. Penyusunan diagram alir dimulai dari awal pengamatan dari
tahap penerimaan bahan baku sampai proses distribusi dan akhirnya tim HACCP memperoleh alur proses yang tepat.
Proses yang dilalui untuk menghasilkan produk yang akan menerapkan HACCP harus disusun diagram
alirnya. Diagram alir yang dibuat harus memuat semua tahapan di dalam
operasional produksi. Deskripsi diagram alir
sedapatnya harus mampu menggambarkan kondisi nyata proses produksi.
5.
Verifikasi Diagram Alir
Bagan alir proses yang mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari ketua tim HACCP,
diagram alir yang telah diverifikasi pada
proses disesuaikan dengan kenyataan yang ada dilapangan. Tahap-tahap proses
yang terjadi dilapangan disesuaikan dengan pedoman pengolahan yang baik (GMP). Seluruh proses pemfiletan ikan kakap merah yang ada di PT. Parlevliet Paraba
Seafood seluruhnya sudah sesuai dengan
diagram alir proses sebagaimana tertera dalam buku manual HACCP. Dari pemeriksaan, diagram alir ini juga memungkinkan
mengadakan perubahan diagram alir jika diperlukan.
6.
Analisa Bahaya (Hazard Analysis)
Analisa bahaya di PT. Parlevliet Paraba Seafood dilakukan
dengan melakukan pengamatan
pada tiap tahapan proses mulai dari penerimaan bahan
baku hingga distribusi produk dan membuat dugaan
kemungkinan resiko
bahaya yang akan timbul dari tiap tahapan.
Jenis bahaya yang timbul dikelompokkan
kedalam 3 kriteria yaitu bahaya yang menyangkut keamanan pangan (food safety), mutu
produk (wholesomenes) dan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi
(economic froud). Pada
tahapan proses penerimaan bahan baku bahaya yang dapat timbul adalah bahaya kontaminasi dari
karyawan,peralatan dan kenaikan suhu. Potensi bahaya pada proses penerimaan
bahan baku adalah tumbuhnya bakteri patogen (Salmonella sp,E. Cole, Vibrio cholarate).
Hasil analisa bahaya kemudian diuji apakah bahaya tersebut
termasuk bahaya yang menjadikan tahapannya sebagai titik kritis. Pengujian yang dilakukan adalah
dengan mengujikan semua bahaya signifikan dengan menggunakan decision tree
( pohon keputusan).
7.
Identifikasi
CCP
Pengamatan CCP (Critical
Control Point) pada setiap tahapan proses dilakukan dengan menggunakan
laporan hasil identifikasi bahaya. Prosedur identifikasi CCP dilakukan dengan
menggunakan pohon keputusan atau decision tree (dapat dilihat dilampiran) dari
hasil identifikasi bahaya yang telah dilakukan oleh PT. Parlevliet
Paraba Seafood terdapat satu
tahapan proses yang termasuk CCP yaitu penerimaan bahan baku. Bahaya potensial yang nyata pada
tahap penerimaan bahan baku i adalah bahaya biologis yaitu
tumbuhnya bakteri patogen(Salmonella
sp dan E.Cole) bahaya ini dianggap bahaya potensial pada tahap penerimaan
bahan baku.
Bahaya juga dapat
disebabkan oleh peningkatan suhu karena
terlau lama ditanganinya bahan baku, penanganan yang kasar
dan kurang cepat sehingga bahaya potensial yang bersifat wholesomeness dapat
terjadi seperti kerusakan fisik dan biasanya
terjadi kontaminasi silang, namun bahaya tersebut tingkat keparahannya
sedang dan masih bisa dikendalikan
dengan GMP dan SSOP yang diterapkan di
PT. Parlevliet Paraba Seafood .
8.
Pengamatan Batas Kritis
Batas kritis adalah keadaan atau kondisi yang batas suatu produk dalam kondisi aman atau
tidak. Bila suatu kondisi yang menjadi fokus perhatian telah melampaui batas
kritis berarti produk tersebut tidak aman dan demikian juga sebaliknya. Batas
kritis yang ditetapkan oleh PT. Parlevliet Paraba Seafood mengacu
pada Standar Nasional Indonesia dan standar yang ditetapkan oleh pihak pembeli
(buyer).
9.
Pengawasan
CCP
Pengawasan CCP pada tahap
penerimaan bahan baku adalah melakukan pemantauan batas kritis pada tiap titik kendali kritis. Pemantauan batas kritis pada tiap titik kendali kritis merupakan
upaya dan
langkah preventif agar bahaya yang menjadi titik kendali
kritis tetap terpantau dan dalam kondisi yang terkendali. Sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Thaheer (2005), bahwa pemantauan batas kritis meliputi apa yang
dipantau, siapa yang melakukan pemantauan, kapan dilakukan pemantauan,
bagaimana dan dimana tahap yang akan dipantau.
Pemantauan batas kritis sekaligus pemantauan titik kendali
kritis yang dilakukan oleh PT. Parlevliet
Paraba Seafood.
10.
Tindakan
Koreksi
Tindakan koreksi merupakan
prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan ketika kesalahan serius atau kritis ditemukan atau batas kritis terlampaui.
Tindakan koreksi secara
terencana dalam HACCP plan, sehingga setiap titik kendali kritis
memiliki tindakan koreksi yang spesifik dan penerapan tindakan koreksi harus jelas orang yang berwenang untuk melaksanakan tindakan koreksi tersebut. Selain
itu tindakan koreksi yang dilakukan
haruslah terekam dan tercatat. Tindakan koreksi harus segera dilaksanakan apabila terjadi
kegagalan dalam pengawasan pada CCP.Tindakan koreksi harus mengurangi atau
mengeliminasi potensi bahaya dan resiko yang terjadi ketika batas kritis
terlampaui pada CCP. Tindakan koreksi pada
penerimaan bahan baku yaitu dapat diberi es dan di pisahkan atau di
tolak.
11.
Pengamatan
Prosedur Verifikasi
Prosedur verifikasi
merupakan upaya untuk melihat apakah sistem HACCP yang telah direncanakan dan dilaksanakan telah
bekerja secara efektif atau
belum. Prosedur verifikasi meliputi
verifikasi internal dan eksternal, verifikasi internal berupa tindakan
peninjauan ulang yang dilakukan secara periodik oleh petugas perusahaan untuk
menentukan keefektifan secara keseluruhan dalam rancangan HACCP,sedangkan verifikasi eksternal
biasanya dilakukan oleh lembaga sertifikasi.
Verifikasi internal dilakukan oleh manajer Quality Control
setiap hari untuk memastikan bahwa proses telah sesuai dengan HACCP plan.
Sedangkan verifikasi eksternal, dikenal juga dengan audit verification biasanya
dilakukan oleh petugas pemerintah terhadap keefisienan perusahaan dalam
melaksanakan rancangan HACCP yang telah diaudit. Pada
tahap penerimaan bahan baku verifikasi yang dilakukan adalah adanya
evaluasi oleh kepala Quality assurance tiap hari.
12.
Pengamatan Prosedur Pencatatan
Semua
arsip yang menyangkut program HACCP akan
disimpan oleh Departemen Pengendalian Mutu (Quality
Control). Arsip atau pencatatan ini akan disimpan sedemikian sehingga arsip
satu dengan lainnya akan terpisah dengan laporan pemantauan harian mengenai
titik kendali kritis (CCP), tindakan koreksi dan
pencatatan kegiatan verifikasi .
Tujuan dilakukan pencatatan (dokumentasi)
adalah untuk membuktikan bahwa sistem HACCP yang dilaksanakan
masih relevan untuk dipertahankan atau harus direvisi, serta menjadi acuan
untuk pengambilan keputusan dan kebijakan manajer puncak. Sistem dokumentasi yang
dilakukan oleh PT. Parlevliet Paraba Seafood telah
memenuhi kriteria yang baik dan
benar. Dokumentasi yang dilakukan oleh PT.
Parlevliet Paraba Seafood cukup baik akan tetapi pada pelaksanaaanya seringkali
tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku. Karyawan
seringkali menunda proses pencatatan, dan pada akhirnya
dilakukan secara terburu-buru pada saat akan dilaksanakan audit.
Komentar
Posting Komentar